Ini Stasiun Salemba, Tempat Pengangkut Opium yang Jadi Permukiman Warga
Di tengah kota besar Jakarta, terdapat stasiun kereta api yang dulunya berfungsi sebagai stasiun kereta api dan stasiun transit candu. Ini stasiun Salemba, waktu kini terlupakan. Bangunan bekas stasiun angkutan candu ini terletak di Jalan Kenari II, Kec. Senen, Jakarta Pusat. Dekat dengan RPTRA MH Tamrin (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) juga dekat dengan Museum MH Tamrin.
Berdasarkan sidak di lokasi, Selasa (2/1/2024), bangunan eks stasiun pengangkut opium itu dialihfungsikan menjadi tempat tinggal warga. Keadaan ini terlihat pada banyak bangunan permanen di dekat fasad stasiun.
Jika dilihat sekilas, bangunan stasiun lama tampak menyatu dengan bangunan permanen di seberangnya, sehingga tampilan bangunan stasiun Salemba nyaris tak bisa dikenali. Di depan rumah juga banyak terdapat pepohonan dengan dahan dan dedaunan besar yang membuat rumah tertutup.
Banyak bangunan permanen yang digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha, seperti tempat makan dan katering. Namun jika dilihat ke depan, bangunan berumur pendek tersebut terbuat dari triplek atau kayu, sedangkan Stasiun Salemba dibangun dengan dinding beton putih.
Saat kami mencoba mengitari rumah pelabuhan, kami menyadari bahwa bagian belakang rumah telah menjadi jalan sempit yang dipenuhi rumah-rumah penduduk desa. Lebar jalan ini kira-kira selebar rel kereta api, menandakan bahwa jalan tersebut dulunya merupakan rel kereta api.
Di bagian belakang bangunan juga terdapat guest house yang akan dimasukkan ke dalam rumah stasiun. Namun hal tersebut tidak bisa didukung karena mereka tidak bisa masuk ke rumah warga.
Sebagai informasi, perusahaan kereta api pemerintah kolonial Belanda Staatssporwegen (SS) membangun stasiun Salemba antara tahun 1896 hingga 1905. Saat itu, stasiun kereta api ini menghubungkan bagian barat dan timur kota Batavia (sekarang Jakarta).
Dalam situs resmi KAI dijelaskan, letak penting Stasiun Salemba yang berada di pusat kota Jakarta (saat itu masih bernama Batavia) membuat stasiun tersebut saat itu berperan penting sebagai stasiun kereta api dan pusat stasiun. Dari Stasiun Salemba di sebelah timur, ada jalur cabang menuju Jakarta melalui Pasar Senen atau ke Jatinegara-Bekasi. Di sebelah barat ada cabang di Jakarta atau Bogor. Sedangkan lurus terus ke barat, jalan bercabang ke Tanah Abang dan Ayer-Banten.
Selain itu, saat itu di dekat pelabuhan juga terdapat pabrik opium yang konon dibangun pada tahun 1901. Pabrik tersebut saat itu berlokasi tepat di depan stasiun Kereta Api Salemba dan memiliki kereta khusus yang menuju pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat.
Alhasil, pada awal abad ke-19, stasiun kereta api ini banyak digunakan untuk mengangkut opium dari pabrik. Namun seiring dengan perubahan perkembangan perkotaan, terutama ketika pemerintah Batavia membangun stasiun kereta api Manggarai, banyak jalur kereta api yang akhirnya ditutup di stasiun Salemba.
Namun saat itu pelabuhan Salemba tidak serta merta ditutup dan opium masih dikapalkan dari pabrik opium Salemba-Jakarta. Hingga tanggal 2 September 1981, pabrik Salemba berhenti beroperasi karena pabrik opium Salemba ditutup.
Saat ini pabrik opium tua Salemba masih dapat dilihat dan digunakan sebagai kampus pascasarjana Universitas Indonesia. Namun kereta di Stasiun Salemba sulit ditemukan.
Yang tersisa hanyalah jembatan kereta api di sisi barat stasiun kereta api yang sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda jalur kereta apinya. Saat ini, jembatan tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai jembatan penyeberangan warga sekitar.
Di tengah kota besar Jakarta, terdapat stasiun kereta api yang dulunya berfungsi sebagai stasiun kereta api dan stasiun transit candu. Ini stasiun Salemba, waktu kini terlupakan. Bangunan bekas stasiun angkutan candu ini terletak di Jalan Kenari II, Kec. Senen, Jakarta Pusat. Dekat dengan RPTRA MH Tamrin (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) juga dekat dengan Museum MH Tamrin.
Berdasarkan sidak di lokasi, Selasa (2/1/2024), bangunan eks stasiun pengangkut opium itu dialihfungsikan menjadi tempat tinggal warga. Keadaan ini terlihat pada banyak bangunan permanen di dekat fasad stasiun.
Jika dilihat sekilas, bangunan stasiun lama tampak menyatu dengan bangunan permanen di seberangnya, sehingga tampilan bangunan stasiun Salemba nyaris tak bisa dikenali. Di depan rumah juga banyak terdapat pepohonan dengan dahan dan dedaunan besar yang membuat rumah tertutup.
Banyak bangunan permanen yang digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat usaha, seperti tempat makan dan katering. Namun jika dilihat ke depan, bangunan berumur pendek tersebut terbuat dari triplek atau kayu, sedangkan Stasiun Salemba dibangun dengan dinding beton putih.
Saat kami mencoba mengitari rumah pelabuhan, kami menyadari bahwa bagian belakang rumah telah menjadi jalan sempit yang dipenuhi rumah-rumah penduduk desa. Lebar jalan ini kira-kira selebar rel kereta api, menandakan bahwa jalan tersebut dulunya merupakan rel kereta api.
Di bagian belakang bangunan juga terdapat guest house yang akan dimasukkan ke dalam rumah stasiun. Namun hal tersebut tidak bisa didukung karena mereka tidak bisa masuk ke rumah warga.
Sebagai informasi, perusahaan kereta api pemerintah kolonial Belanda Staatssporwegen (SS) membangun stasiun Salemba antara tahun 1896 hingga 1905. Saat itu, stasiun kereta api ini menghubungkan bagian barat dan timur kota Batavia (sekarang Jakarta).
Dalam situs resmi KAI dijelaskan, letak penting Stasiun Salemba yang berada di pusat kota Jakarta (saat itu masih bernama Batavia) membuat stasiun tersebut saat itu berperan penting sebagai stasiun kereta api dan pusat stasiun. Dari Stasiun Salemba di sebelah timur, ada jalur cabang menuju Jakarta melalui Pasar Senen atau ke Jatinegara-Bekasi. Di sebelah barat ada cabang di Jakarta atau Bogor. Sedangkan lurus terus ke barat, jalan bercabang ke Tanah Abang dan Ayer-Banten.
Selain itu, saat itu di dekat pelabuhan juga terdapat pabrik opium yang konon dibangun pada tahun 1901. Pabrik tersebut saat itu berlokasi tepat di depan stasiun Kereta Api Salemba dan memiliki kereta khusus yang menuju pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat.
Alhasil, pada awal abad ke-19, stasiun kereta api ini banyak digunakan untuk mengangkut opium dari pabrik. Namun seiring dengan perubahan perkembangan perkotaan, terutama ketika pemerintah Batavia membangun stasiun kereta api Manggarai, banyak jalur kereta api yang akhirnya ditutup di stasiun Salemba.
Namun saat itu pelabuhan Salemba tidak serta merta ditutup dan opium masih dikapalkan dari pabrik opium Salemba-Jakarta. Hingga tanggal 2 September 1981, pabrik Salemba berhenti beroperasi karena pabrik opium Salemba ditutup.
Saat ini pabrik opium tua Salemba masih dapat dilihat dan digunakan sebagai kampus pascasarjana Universitas Indonesia. Namun kereta di Stasiun Salemba sulit ditemukan.
Yang tersisa hanyalah jembatan kereta api di sisi barat stasiun kereta api yang sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda jalur kereta apinya. Saat ini, jembatan tersebut masih berdiri dan berfungsi sebagai jembatan penyeberangan warga sekitar.
No comments: